HATI-HATI IKHTILAT DAN MAKSIAT VIA GADGET

Shalihat, pernahkah kalian mendengar tentang virus merah jambu? Istilah ini adalah kata lain dari jatuh cinta, ditujukan kepada mereka yang sedang kasmaran atau dimabuk asmara.

Sebagai seorang muslimah, kita tentu tahu, virus ini sangat berbahaya bila menyerang dua insan yang belum terikat dengan akad.

Tidak kalah bahaya juga, apabila virus merah jambu menyerang mereka yang telah memiliki pasangan sudah menikah, hal ini dapat menjerumuskan ke dalam lembah dosa yang bernama selingkuh. Sebab, selingkuh adalah awal dari rusaknya sebuah keluarga. Naudzubillah.

Meskipun jatuh cinta adalah fitrah, namun bila tak dikendalikan, fitrah ini akan membawa kita menuju malapetaka bernama zina. Padahal, dalam surat Al-Isra’ ayat 32, Allah jelas-jelas melarang kita mendekati zina.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra’).

Nah, Shalihat. Mendekati saja kita dilarang, apalagi sampai melakukan. Tentunya Allah tidak menyukainya.

Nah, supaya terhindar dari virus merah jambu, ada baiknya kita menjaga adab dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan, memahami batasan-batasan komunikasi antar lawan jenis yang diperbolehkan dalam Islam. Misalnya, tidak berdua-duaan dengan lawan jenis, tidak melemah lembutkan suara di hadapan lawan jenis, saling menundukkan pandangan, serta berbicara hanya seperlunya saja.

Namun hal yang perlu kita ingat adalah, kehadiran virus merah jambu ini bukan hanya melalui interaksi atau kontak langsung. Seiring dengan semakin majunya zaman, virus merah jambu dapat menjangkit mereka yang bahkan tak pernah saling bertatap muka. Ya, lewat gawai dalam genggaman tangan, panah iblis dapat melesat lebih cepat.

Awalnya mungkin sekedar chatting atau menelepon untuk membicarakan urusan pekerjaan, tugas kampus, masalah organisasi, atau bahkan membahas tentang dakwah. Dengan intensnya komunikasi, muncullah rasa nyaman di hati, lalu mulai saling bertukar cerita, perbincangan mulai keluar dari topik utama, lama kelamaan komunikasi dua arah dengan lawan jenis itu menjadu candu, menumbuhkan benih-benih cinta di dada.

Sadarkah? Chatting dengan lawan jenis juga termasuk ikhtilat? Yaitu campur baur antara laki-laki dan perempuan. Meski fisik tak saling sentuh, namun di balik gawai itu ada banyak kata-kata manis yang tertuju untuk si dia, lama kelamaan hati pun saling tertaut, pesan darinya selalu ditunggu, sehari tak berkabar, wajahnya terbayang selalu.

Astagfirullah, tanpa sadar intensitas memudarkan sensitifitas. Ya, intensitas komunikasi memudarkan sensitifitas kita terhadap dosa. Saat hati merindu sosok yang bukan mahrom, pikiran terbayang-bayang wajahnya.

Sadarkah? Sesungguhnya kita tengah bermaksiat kepadaNya. Bahkan tanpa sadar, rupanya kita telah terjerumus ke dalam zina hati.

Maka dari itu, Shalihat. Kita perlu menjaga izah dan iffah sebagai seorang muslimah. Adab komunikasi pun perlu kita jaga baik offline maupun online. Berbicara yang secukupnya dan yang penting-penting saja, saling menundukkan pandangan, dan tidak melemah lembutkan suara di hadapan lawan jenis tak hanya harus dilakukan saat komunikasi secara langsung, namun juga tetap harus dijaga saat komunikasi secara online.

Kemajuan teknologi dan komunikasi memang dapat menjadi pisau bermata dua, yang bila tidak bijak menggunakannya, dapat melukai harga diri kita sebagai seorang muslimah.

Bijaklah dengan gawai yang ada di genggamanmu, shalihat. Meskipun tak ada satu manusia lain yang tahu tentang pesan-pesan mesramu dengan si “dia”, yakinlah bahwa Allah al-Bashir, Ia Maha Melihat segala apa yang tersembunyi. Pun, Ia Maha Mengetahui apa-apa yang tak dapat dijangkau mata manusia.
Cukuplah rasa khauf di hatimu menjadi rem bagi jari jemarimu, ketika ingin bermaksiat kepada Allah lewat gawaimu.

Jaga hati yuk. Jaga lisan, jaga mata, dan jaga perbuatan. Karena setiap apa yang dilakukan badan, di hari akhir semua akan dipertanggung jawabkan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *