Setiap manusia, pasti pernah merasakan jatuh cinta dan jatuh karena cinta. Hahaha, pasaran ya bahasannya? Gapapa lah, sekali-sekali.
Jatuh cinta adalah suatu masa di mana perasaan kita senang enggak menentu setiap melihat, membayangkan, atau mengingat sesuatu yang kamu lalui bersama seseorang. Sebetulnya, rasa jatuh cinta itu kadang gak bisa dideskripsikan dengan diksi sih. Karena, ya, kita bakal tau gimana rasanya saat betul-betul merasakannya. Kalau orang bule bilang, like there’s butterflies on your stomach. Jadi kayak ada rasa semriwing gitu di perut (bukan lapar) dan rasa bahagia yang beda dari bahagia-bahagia yang lain (?). Hahaha.
Bahagianya tuh enggak bisa diomongin, enggak bisa diceritain, dan seringkali enggak bisa diulang dengan orang yang berbeda dalam satu waktu yang sama. Jadi kayak ringtone hati gitu. Nah, bahagianya jatuh cinta itu, ringtone yang kamu pasang beda sendiri dari yang lain, spesial enggak pake karet.
Nah, kalau jatuh karena cinta itu … hahaha ketawa dulu, yuk … Barisan (yang pernah dan masih) sakit hati, mana suaranyaaa? Wkwk jayus ya? Maap ya~ Jadi, kalau jatuh karena cinta itu kayak kita lagi haus banget, lalu ke minimarket dan lihat air mineral dingin. Kita langsung ngebayangin air mineral dingin itu masuk ke dalam mulut, melalui kerongkongan kita yang kering dan masuk ke dalam perut yang sedang panas-panasnya. Tapi, pas ke kasir dan mau bayar air mineral dingin itu, uang kita kurang dan enggak bisa minta tolong sama siapapun buat bikin air mineral dingin itu jadi milik kita. Sakit? Iya, banget. Masih sakit? Masih lah kalau belum nemu pengganti air mineral dingin itu. Kalaupun nemu penggantinya (yang sama-sama bisa diminum) tapi penggantinya mengecewakan (kayak air hangat, misalnya). Hati kita yang sakit dan terluka (eh, kerongkongan kita yang kering, panas, tandus dan mendambakan aliran air mineral dingin) gak akan pernah terpuaskan. Rasa sakitnya pasti masih ada, pasti. Walaupun cuma kayak digigit semut aja (lha emangnya disuntik? hahaha). Kenapa sih sakit saat kita enggak bisa mendapatkan air mineral dingin itu? Padahal, kalau haus, ya, bisa aja kita baik-baik aja dengan air hangat, kan? Iya, betul, karena dari awal, kita sudah berharap hanya kepada air mineral dingin. Maka, ketika kita enggak bisa mendapatkannya, kita kecewa, lalu sakit hati.
Kebayang, kan, beda jatuh cinta dan jatuh karena cinta? Nah, dalam menyikapi hati yang melemah kayak jelly saat kita jatuh cinta, agaknya kita perlu sedikit banyak memahami bahwa, takdir itu ada, ketetapan Allah itu nyata dan kita pasti dipertemukan dengan jodoh kita (entah itu di dunia ataupun di akhirat). Agar apa? Agar segala hal yang kita lakukan saat kita jatuh cinta, tidak keluar dari jalan lurus menuju surganya Allah. Juga agar jatuh cintanya kita, ya, Allah jadikan sebagai penguat hati dan perantara agar kita semakin dekat dengan Allah. Kalau kita paham betul jodoh sudah ada yang atur, jatuh cintanya kita pasti akan santai kayak di pantai. Berharap sih, dia juga merasakan perasaan yang sama dengan yang kita rasakan, lalu berujung di pelaminan, tapi kita enggak sampai terobsesi dibuatnya. Enggak sampai keluar, tuh, kata-kata ‘pokoknya jodohku harus dia’ atau ‘pokoknya dia calon suamiku’, atau yang lebih parah ‘pokoknya aku gak mau tau, dia harus jadi milik aku, gimanapun caranya’. Nah loh, kalau sudah gitu, jadi panjang urusannya. Dipertanyakanlah keimanannya kepada qada dan qadarnya Allah. Kalau iman kita kepada qada dan qadarnya Allah saja dipertanyakan, coba deh, korelasikan sama firman Allah yang berbunyi “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” artinya apa? Artinya, jodoh kita itu cerminan diri kita. Kalau iman kita dipertanyakan, pun, iman jodoh kita. Sebelas-duabelas sama kita. Pertanyaannya, maukah kita berjodoh dengan orang yang imannya kepada Allah masih dipertanyakan? Enggak, kan? Kita jatuh cinta, lalu menikah, atau menikah, lalu jatuh cinta, tujuannya untuk ibadah kan? Nah, kalau pondasi ibadahnya saja sudah retak parah atau bahkan sudah hancur tak berbentuk, kira-kira tercapai enggak tujuan menikahnya? Tujuan jatuh cintanya?
Kalau kita sudah bijak dalam menyikapi rasa cinta dan jatuh cinta, insyaAllah, enggak ada tuh yang namanya jatuh karena cinta. Karena harapan kita ya hanya sekedar harap, hanya sekedar ingin yang tumpuannya, ya, pada Allah semata. Jadi saat jatuh cinta, hati kita yang berharap itu sudah ikhlas. Kalau jodoh alhamdulillah, kalau bukan jodoh, ya sudah. Toh, Allah yang Maha Baik sudah siapkan jodoh yang paling baik untukku. Enak kan kalau begitu? Enggak perlu ada nangis-nangis bombay menuntut ini-itu ke Allah, menyalahkan takdir, menyalahkan rencananya Allah untuk kita. Enggak perlu juga pakai tragedi gelisah galau merana yang berujung pada ngemil enggak tau waktu dan kondisi yang bikin berat badan enggak kekontrol dan akhirnya merusak diri sendiri.
Iya, enggak semudah itu untuk berhenti berharap kepada manusia, berhenti jatuh karena cinta. Tapi kan, kalau kita tau hati kita lagi sakit, kita harus berusaha untuk menyembuhkan hati kita. Kita harus sungguh-sungguh cari obatnya. Bukan malah diam saja meratapi nasib dan merasa nyaman dengan sakit hati yang kita derita.
Allah itu Maha Pengampun, kita taubat, Allah pasti ampuni. Minta maaf sama Allah karena udah bikin Allah cemburu, minta maaf sama Allah karena sempat seolah-olah enggak percaya sama qada dan qadar-Nya, minta maaf sama Allah karena selama ini jadi hamba yang enggak tahu diri karena sudah disayang sebegitunya sama Allah tapi malah mengabaikan perintah-Nya untuk taat.
Pokoknya, kalau lagi jatuh cinta, jatuh cintalah yang benar. Jatuh cinta kita harus mampu menambah kedekatan kita dengan Tuhan. Jatuh cinta harus mampu membuat termotivasi untuk selalu dan selalu menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Jatuh cinta enggak boleh murahan. Enggak perlu diumbar apalagi diungkapkan saat kita belum siap berumah tangga. Enggak boleh direndahkan serendah-rendahnya hanya demi perhatian manusia yang bahkan tidak berkontribusi apapun terhadap kehidupan kita. Ingat Allah, ingat jodoh sudah Allah atur dengan sebaik-baik pengaturan. Jodoh kita, enggak akan tertukar dengan jodoh orang lain. Percaya sebesar-besarnya sama Allah dan jangan pernah berharap sama manusia. Nanti jadi kecewa :’)
Buat yang sedang jatuh karena cinta, segeralah harus cari obatnya. Bukan dengan melabuhkan cinta ke hati yang baru dan terlena lagi karena cinta, tapi dengan meminta ampunan Allah. Perbanyak aktivitas yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarmu agar kamu tidak fokus kepada hatimu yang sedang luka, tetapi fokus kepada kebermanfaatanmu di dunia. Karena menjadi sebab kebahagiaan orang lain, akan bisa menyembuhkan luka dan menguatkanmu. Enggak ada yang salah dalam proses belajar mencari kebenaran karena Allah selalu menerima taubat kita, yang salah adalah ketika kita tahu bahwa kita melakukan hal yang Allah larang tetapi kita tetap keras kepala melakukannya dan mengabaikan larangan Allah. Kita harus kuat. Luka karena jatuh cinta itu, kadang dibuat berlebihan oleh hati kita sendiri.
Intinya, semua hal, semua jatuh cinta dan semua jatuh karena cinta itu, enggak pernah lepas dari campur tangan Allah. Karenanya, apapun, di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun kehidupan kita, kita tetap harus melibatkan Allah. Agar langkah kita enggak salah, hati kita tenteram, juga agar kita layak untuk mendapatkan surga yang Allah janjikan. Jangan pernah merasa lemah dan enggak sanggup untuk meninggalkan kesia-siaan mencintai orang lain dengan cara yang salah, karena kita selalu punya Allah yang Maha Kuat, lebih kuat dari apapun. Mudah bagi Allah membolak-balikkan hati dan menghilangkan rasa cinta seperti mudah bagiNya untuk menumbuhkan rasa cinta. Yuk, bisa yuk, jatuh cinta dengan makhluk-Nya tanpa harus membuatNya cemburu dan murka. (RN)
