Nobody’s Perfect, Sempurna Hanya Milik Allah

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum, Shalihat, pernahkah terlintas dalam benak bahwa kita terlahir sebagai manusia lemah tanpa manfaat? Kita tak secantik dan secerdas teman-teman kita? Atau bahkan keberuntungan layaknya enggan mendekati kita?
Percayalah, pikiran itu hanya muncul karena kita tengah dibuat lalai dan dijauhkan dari rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jelas dalam penciptaannya, Allah ciptakan kita (manusia) dengan bentuk sebaik-baiknya. Hal ini Allah ingatkan kita pada Al Quran seperti berikut:
“Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah ayat 7)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (QS. Al-Mu’minun ayat 12-15).
Kita tidak perlu malu atas kekurangan yang ada pada diri kita. Perlu kita yakini bahwa Allah telah menciptakan kita dalam bentuk terbaik. Allah senantiasa memberikan hal-hal baik yang kita butuhkan dalam hidup kita. Betapa iman yang tertancap di hati kita akan mengajak kita untuk ingat Kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadikan kesuksesan orang lain adalah pemicu semangat kita untuk berbuat lebih baik, berusaha lebih sungguh-sungguh serta berdoa lebih giat. Fokuslah pada kemampuan yang kita miliki untuk bisa menjadikan kita manusia yang bermaanfaat bagi sekitar kita.
Cantik itu bukan sekedar kulit putih, badan tinggi, atau wajah merona. Namun, cantik adalah hati yang bersih serta sikap yang santun. Kulit dan wajah bersih bisa kita ikhtiarkan dengan rajin merawatnya. Tinggi pendek bukan standar dari kemenarikan seseorang. Perlu kita ingat bahwa Allah menilai dan menyayangi kita bukan dari bentuk fisik kita, tapi dari taqwa kita kepada-Nya.
Lagi-lagi, kita diingatkan untuk hanya berharap pada penilaian Allah kepada kita. Tidak terpengaruh oleh penilaian manusia. Tidak berharap dianggap baik atau buruk oleh manusia. Maka, ketika Allah yang jadi tujuan kita, tidak ada lagi rasa takut, rasa tidak percaya diri, rasa merasa ingin berbuat hanya karena dilihat manusia lain.
Kita perlu mengingat bahwa begitu banyak nikmat dari Allah yang besar nilainya, tapi kita lalai. Nikmat bernafas, nikmat berkedip mata, nikmat sehat, nikmat memiliki keluarga yang hangat, nikmat ada di lingkungan teman-teman yang shalih-shalihah, nikmat mendengar, nikmat berbicara, nikmat di mana aliran darah kita terus mengalir, nikmat di mana kita masih bisa merasakan dingin dan panas. Rasanya tak pantas jika ada satu hal yang kita anggap orang lain mendapatkannya tapi kita tidak. Kita lupa bahwa orang lain pun tidak memiliki apa yang kita miliki.
Jadi, yuk, kita fokus pada apa yang ada di diri kita. Jadikan diri kita hamba yang senantiasa kita lakukan karena Allah dan untuk mendapatkan cinta serta ridho Allah. Apapun hasilnya, bagaimana pun penilaian orang lain, yang kita harapkan hanya Allah akan menjadikan kita hambaNya yang Dia cintai.
Ada satu kalimat yang bisa kita jadikan pengingat dalam hidup, yakni dengan meletakan dunia di tangan dan akhirat di hati. Maka ketika dunia meninggalkan kita, hati kita tidak gundah atau bersedih, karena Allah, karena kita berharap akhirat dari Allah kelak menjadi tempat peristirahatan terindah.
Mungkin semua ini akan terasa melelahkan. Mungkin semua akan berat. Tapi percayalah, hanya Allah yang takkan pernah mengingkari janjiNya.
Jadi sahabat, jangan merasa bahwa kita hanya banyak kekurangan, ya. Percaya pada Allah, bahwa Allah telah banyak memberikan kita banyak nikmat. Tak terhitung dan tak dapat dituliskan meski laut dan samudera yang jadi tintanya.
Sampai 31 kali Allah ingatkan kita dalam Al Quran, “Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan.” Tentu pengulangan ini adalah hak prerogatif Allah dan hanya Dia-lah yang benar-benar mengetahui hakikat di baliknya. Namun, di antara hikmah yang bisa dipetik, selain mengingatkan agar jin dan manusia menyadari bahwa seluruh nikmat itu datangnya dari Allah, pengulangan itu juga menunjukkan betapa pentingnya syukur atas nikmat-nikmat tersebut. Lalu, jadikan ikhlas, sabar, dan syukur kunci hidup bahagia kita di dunia. Nobody’s perfect, Shalihat, kesempurnaan hanya milik Allah. (IW)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *