Oleh: Diny Sukmawati, SPJ Regional Lampung
Saya pernah terpana dengan salah seorang jamaah ibu-ibu. Lebih tepatnya seorang nenek yang berusia hampir 70 tahun, datang dengan semangat berapi-api untuk belajar membaca al-Qur’an. Tanpa rasa malu-malu, sang nenek kembali mengulang pelajarannya dari buku Iqra jilid pertama. Saat ditanya apa motivasi sang nenek untuk belajar tajwid dan mulai kembali dari awal, ternyata beliau ingin di sisa hidupnya bisa membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid yang benar. Ia ingin tidak ada kesia-siaan dan apapun itu, meski kembali mengulang pelajaran dasar. Ia yakin Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengampuni.
Cerita yang lain kembali datang dari seorang nenek yang masih berusia lima puluhan. Saat itu beliau datang untuk ikut senam yang rutin dilaksanakan di alun-alun kota. Qadarullah saat itu kami, saya dan tim relawan SPJ, sedang mengadakan acara GEMAR yang salah satu agendanya membagikan serta memakaikan langsung jilbab dan baju syar’i. Sang nenek tak banyak berkata, hanya air matanya yang tak berhenti mengalir yang mampu menggambarkan suasana hatinya saat itu. Dengan kerelaan hati ia ingin memakai jilbab syar’i sebagaimana yang kami sosialisasikan saat acara berlangsung. Ia baru tahu dan hatinya langsung tergerak untuk memantapkan diri menyambut perintah Allah SWT.
Dari kisah beliau-beliau saya belajar, bahwa tak ada kata terlambat untuk selalu mengupayakan kebaikan. Ajal manusia memang Allah SWT yang menentukan, tetapi pilihan kehidupan tetap ada pada diri pribadi masing-masing. Apakah pilihan menjadi manusia yang semakin baik dari hari ke hari ataukah hanya menjadi manusia yang menumpuk kemaksiatan bahkan bangga akan segala dosa-dosa yang telah diperbuat. Naudzubillahimindzalik.
Saat pertama kali saya memutuskan mengenakan pakaian takwa, alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti. Cerita hijrah saya bukanlah cerita yang heroik seperti saudara-saudara saya yang berkisah tentang banyak tantangan yang mereka temui saat mengupayakan sebenar-benar hijrah sampai mengenakan pakaian yang sesuai syariat. Ada di antara mereka yang harus diusir dari keluarganya, ada yang setiap hari dimaki-maki oleh ibunda tercintanya, ada pula yang diancam akan di berhentikan kuliahnya dan lain sebagainya. Namun ada kesamaan di antara kami yang pastinya dirasakan oleh seluruh pejuang hijrah yaitu bahwa kami hanya mengupayakan diri kami menjadi manusia yang Allah SWT cintai karena melaksanakan perintah-Nya.
Hijrah secara harfiah memiliki arti ‘pindah’ atau ‘bergerak’ dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun pada pendekatan secara spesifik, hijrah dimaknai proses manusia menjadi lebih baik secara spiritualitas, di mana seseorang berniat untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan memperbaiki akhlak serta pemahamannya dengan semangat keislaman.
Ada kaidah hijrah yang ada di dalam hadis pertama Arbain An-Nawawi. Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab ra., ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim, HR. Bukhari No. 1 dan HR. Muslim No. 1907)
Berdasarkan hal tersebut, maka balasan berhijrah adalah sesuai dengan apa yang diniatkan atas hijrahnya itu sendiri. Apakah berhijrahnya kita semata untuk Allah SWT ataukah kita berhijrah hanya demi keuntungan duniawi semata. Sebab itu dalam berhijrah, kita hanya butuh menjaga ketulusan niat kita dan terus mengupayakan yang terbaik tanpa perlu terus bertanya apakah hijrah kita diterima ataukah tertolak.
Tidak ada kata terlambat untuk berubah, untuk membenahi diri menjadi baik dari hari ke hari. Sebelum nafas kita di tenggorokan, sebelum nyawa meninggalkan raga, maka pintu-pintu peluang itu akan terbuka bagi siapapun yang bersungguh-sungguh dengan hijrahnya. Dan beruntunglah kita yang hatinya masih Allah SWT kembalikan sebelum waktu kembali yang sesungguhnya, karena itu artinya Allah SWT masih benar-benar menginginkan diri kita untuk merasakan indahnya surga kelak di akhirat-Nya.
Berubahlah…
Maka Allah akan mudahkan jalan-jalan kebaikan
Berubahlah…
Karena surga merindukan orang-orang yang berhijrah atas nama-Nya
Bersegeralah…
Sebelum kematian menjemput kita
Bersegeralah…
Karena kalau bukan saat ini, mau kapan lagi?
***

