Katanya, berjilbab syar’i itu sulit dan butuh proses? Betul, Kawan. Bagi sebagian orang, berjilbab syar’i itu sulit. Bisa jadi karena lingkungannya yang tidak mendukung, pekerjaan yang tidak memperkenankan, terutama kesadaran yang belum sampai, bahwasanya berjilbab syar’i itu adalah perintah, bukan pilihan. Jika seseorang telah sadar dan meyakini bahwa berjilbab syar’i itu adalah kewajiban, maka kesadarannya yang akan membantu ia melewati seberat apapun rintangan untuk menggunakan jilbab syar’i.
Sekarang ini, berjilbab syar’i di Indonesia sudah lebih mudah karena sudah banyak yang menggunakan jilbab syar’i dan mengetahui bahwa memakainya adalah sebuah kewajiban. Coba kita lihat para pejuang jilbab di Indonesia, di antaranya ada seorang ratu Kerajaan Aceh yaitu Sri Sultanah Ratu Safiatuddin, Nyai Achmad Dahlan sang pendiri Naisyiatul Aisyiah Muhammadiyyah, Bunda Rahmah El Yunusiyyah—seorang pejuang perempuan berdarah Minang, dan muridnya yang bernama Rangkayo Rasuna Said.
Dulu, jangankan berjilbab syar’i, berjilbab saja ada larangannya. Karena saat Orde Baru, penggunaan jilbab dianggap telah melakukan tindakan radikalisme. Larangan tersebut tercantum SK 052/C/Kep/D.82 tentang dilarangnya pemakaian jilbab di sekolah negeri. Itu artinya, ketika bersekolah di sekolah negeri, para siswi tidak boleh menggunakan jilbab. Sekarang, sekolah negeri tidak lagi melarang siswa menggunakan jilbab syar’i, meskipun ada sekolah di daerah tertentu yang mengeluarkan peraturan pelarangan dalam menggunakan jilbab di sekolah. Di lain pihak, sekolah-sekolah berbasis Islam mewajibkan muridnya menggunakan jilbab. Perusahaan yang berbasis syar’i yang memperbolehkan menggunakan jilbab bahkan perusahaan yang mewajibkan menggunakan jilbab syar’i. Perjuangan kita untuk menggunakan jilbab syar’i tidak sesulit para pejuang jilbab dulu. Kita sudah mudah mengetahui bahwa berjilbab syar’i itu adalah keharusan, karena sudah banyak yang menyeru untuk menggunakan hijab syar’i. Kita tidak sulit untuk mendapatkan pakaian syar’i karena banyaknya produsen yang menjual pakaian syar’i. Kita tidak perlu lagi membuat perlawanan untuk tetap menggunakan jilbab syar’i seperti yang telah dilakukan oleh para pejuang jilbab. Dahulu, mereka harus rela keluar dari sekolah negeri demi mempertahankan jilbabnya dan mencari sekolah swasta yang mungkin saat itu tidak seunggul sekolah negeri. Para pejuang jilbab harus melewati isu jilbab beracun agar tidak lagi menggunakan jilbab. Karena isu tersebut, perjuangan wanita untuk berjilbab semakin berat, terlebih keluarga menentang keinginan wanita untuk berjilbab. Bahkan, ada pula yang sampai membakar busana muslimnya. Tidak hanya itu, anggota keluarga yang memakai jilbab dianggap sebagai aib.
Meski perjuangan wanita pada masa itu untuk menggunakan jilbab sangat berat, tapi keteguhan hati dan kesungguhan yang dibentengi dengan keyakinan untuk taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pada akhirnya kemenangan pun diraih para pejuang jilbab dengan dikeluarkannya SK.No.100/C/Kep/d/1991. SK tersebut berisi tentang diperbolehkannya siswi berjilbab dan mengenakan pakaian yang didasarkan keyakinannya.
Jika rintangan sebesar itu mampu ditaklukkan para pejuang jilbab terdahulu, maka kita harus lebih yakin dan bersemangat dalam melaksanakan syariat Allah Subahanu Wa Ta’ala ini. Tantangan berjilbab di masa kini tak kalah berat dengan rintangan memakai jilbab saat dahulu. Hanya saja, bentuknya berbeda. Dengan maraknya pemakaian jilbab syar’i, kini tantangan berjilbab tercipta dalam bentuk pemikiran bahwa berjilbab itu keren, trendi dan stylish. Padahal, esensi berjilbab adalah bentuk ketaatan terhadap perintah-Nya, bukan untuk mengikuti perkembangan zaman. Jika wanita yang telah menggunakan jilbab syar’i saja harus terus berproses berjuang meluruskan niatnya dalam berjilbab, maka kita yang belum berjilbab syar’i tentulah harus memulai proses kita berjilbab syar’i.
Yuk, kita lakukan 3M Berjilbab Syar’i. Mari Pelajari, Mari Mulai dan Mari Istiqomah. Jika kita tidak mulai, kapan kita akan melalui prosesnya? Lalu, setelah memulai, mari kita tingkatkan istiqomah sebagai proses panjang yang memang perlu kita lalui. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa menjaga kesadaran kita dan semangat kita dalam melaksanakan perintah-Nya ini. (ER)

