Bersabarlah

Suatu hari, ada seorang ibu yang sedang memperhatikan anaknya dari kejauhan. Sambil tersenyum, ia memperhatikan tingkah lucu sang anak yang baru bisa berjalan. Betapa bahagianya sang ibu melihat anak yang sangat dia sayangi dan cintai sepenuh hati kini sudah bisa berjalan. Sesekali terlihat dalam langkah kecilnya, anak ini terjatuh, tapi kemudian bangkit dan berjalan kembali sambil berpegangan pada meja ataupun tembok. Terlihat dari kejauhan jika anak ini berjalan menuju sebuah target yang menarik hatinya. Ternyata ia hendak menuju ke sebuah meja yang di sana terdapat secangkir kopi panas yang sengaja dibuat untuk ayah dari anak tersebut. Dengan langkah kecilnya itu, si anak kecil berjalan dengan pasti, dan tibalah ia tepat berdiri di depan meja.  Tangan mungilnya berusaha untuk mengambil cangkir beisi kopi itu, dengan sigap sang ibu langsung menggendong anaknya karena takut anak kecil ini celaka. Sontak suara tangisan yang sangat keras terdengar. Ya, itulah bentuk kasih sayang dari seorang ibu kepada anaknya, yang belum terpahami oleh sang anak sehingga anak tadi merasa jika apa yang diinginkannya tidak diberikan oleh sang ibu.

Lain ceritanya dengan Uzlifa, dia adalah seorang siswi menengah atas yang sangat ambisius dan memiliki segudang prestasi dari segi akademik.  Setiap tahun dia selalu menduduki peringkat satu di sekolahnya, bahkan dia mendapat predikat siswi dengan nilai UN tertinggi. Apa yang dia dapatkan itu merupakan target-target yang dia  tuliskan dalam buku catatan yang selalu ia bawa kemana-mana. 

“Ya, aku berhasil menuntaskan satu targetku lagi,” gumam Uzlifa. Tibalah ia pada target berikutnya yang ingin ia raih, yaitu untuk menjadi mahasiswa dari perguruan tinggi terkemuka se-Indonesia. Ia pun mempersiapkan diri dengan sangat matang untuk bisa meraih target yang ia impikan dengan menambah jam belajarnya. Akhirnya ia sampai pada hari di mana seluruh calon  mahasiswa se-Indonesia sangat menantikan itu. Ya, pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi. Uzlifa si ambisisus ini pun tak sabar untuk melihat hasilnya. Saat membuka hasil dari pengumuman tersebut sontak Uzlifa menangis, betapa sedihnya dia karena apa yang dia targetkan tidak tercapai. Ya, siswa dengan nilai Ujian Nasional tertinggi ini tak lulus masuk perguruan tinggi yang diimpikannya. 

Kisah sang anak kecil dan siswa bernama Uzlifa tadi mungkin bisa mewakili kita semua. Tak sedikit dari kita pasti memiliki mimpi, target atau apapun yang ingin kita miliki atau raih. Tak jarang kita menuliskan impian dalam sebuah buku catatan besar atau menempelkan pada dinding kamar, bahkan membuat gambaran langkah apa yang akan kita tempuh untuk dapat meraih mimpi itu agar tetap fokus. Namun, sayangnya, tak jarang kita menangis kecewa karena apa yang kita inginkan atau targetkan harus pupus ditengah jalan. Rasanya dunia telah hancur saat kita dalam posisi itu, bukan?

Padahal jika kita resapi kembali kisah anak kecil tadi, sebenarnya si ibu tak mau membiarkan anaknya terluka akibat tersiram kopi panas. Anak kecil tadi seperti halnya kita yang memiliki segudang mimpi dan segudang cita, tinggal selangkah lagi menuju target, kemudian Allah tak izinkan kita mendapatkannya. Meski terasa perih, meski akan sedih, ini adalah bentuk kasih sayang Allah Yang Maha Mengetahui pada kita. Bisa jadi memang hal yang kita impikan itu belum waktunya kita miliki, bisa jadi pula ada hal-hal buruk yang akan terjadi sedangkan kita tidak tahu masa depan.

Kita bisa saja membuat skenario terbaik menurut versi kita, tapi mari kita coba sedikit mundur ke waktu yang telah kita lewati dan bandingkan dengan hari ini. Bukankan skenario dan kurikulum Allah itu  memang yang terbaik? Bayangkan jika kita dahulu mendapatkan apa yang kita inginkan, mungkin kita tidak berada di posisi sekarang—posisi terbaik dengan segala nikmat yang Allah berikan, yang dengan proses pedih kemarin itulah kini kita menjadi pribadi yang baik, bertemu dengan orang-orang baik (yang mungkin tidak akan kita dapatkan saat kita mendapatkan apa yang kita inginkan saat itu).

Teringat akan ayat yang sering kita dengar dan lantunkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2:216 yang berbunyi,

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

 

Baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, begitu pula sebaliknya, buruk menurut kita bisa jadi itu baik menurut Allah. Kita tak mengetahui apa-apa, sementara Allah adalah Ilah yang Maha Mengetahui, Ia yang paling tahu apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya. Maka, yakinlah pada rencana indah Allah atas penantianmu akan mimpi dan targetmu yang belum terwujud, atau pasangan yang sampai detik ini sedang dinanti tapi belum kunjung datang, atau keturunan yang belum menghadirkan kemeriahan dalam rumah. Yakinlah bahwa Allah  sedang menyiapkan yang terbaik bagimu. Barangkali sesuatu yang kita tunggu itu ditunda karena Allah akan memberikannya di waktu paling tepat. Maka, bersabarlah …. [ ]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *