TAAT DIMULAI DARI SEKARANG, KALAU NANTI TAKUTNYA TELAT

Allah menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan ini dengan seperangkat aturan untuk petunjuk keberlangsungan kehidupan ketiganya. Sebagaimana Allah telah sampaikan di dalam surat cintanya:
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nuur ayat 51).
Bicara tentang ketaatan kepada Allah, Kita bisa belajar banyak dari kisah Nabi Ibrahim, Ibunda Hajar, dan Nabi Ismail. Bentuk ketaatan mereka adalah bentuk ketaatan yang final, total, sebuah ketaatan yang tak ringan. Logika manusia umumnya tentu akan menolak kondisi semacam itu. Ibrahim dibesarkan oleh seorang ayah yang termashsyur menciptakan berhala. Namun, dengan kecintaan dan ketaatan kepada Allah yang besar, ia hancurkan patung-patung itu dengan tangannya sendiri. Beliau tanggung besarnya resiko itu meski nyawa menjadi taruhan. Lalu, ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar di tengah padang pasir, Ibunda Hajar bertanya, “Apakah ini perintah Allah?” Tak dinyana, Ibrahim mengangguk. Landasan iman dan kejernihan hati seketika membuat Hajar mengerti dan menaati. Pun, ketika Ibrahim menuturkan mimpi untuk menyembelih Ismail. “Apakah ini perintah Allah?” tanya Nabi Ismail, ayahnya mengangguk. Keimanan yang diwariskan kedua orang tuanya seketika membuat Ismail mengerti dan menaati.
Ketaatan seorang hamba pada rabb-Nya diwujudkan dalam takwa. Patuh melaksanakan segala perintah-Nya, dan meninggalkan segenap larangan-Nya. Bagi kaum muslim, ketaatan kepada Allah ini juga harus disertai ketaatan kepada Rasulullah. Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 69, “Siapa menaati Allah dan Rasul, maka akan bersama orang-orang yang Allah anugerahi nikmat kepada mereka, yaitu para nabi, orang-orang lurus, syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Bagi seorang Muslim, taat seharusnya tanpa nanti, tanpa alasan, dan tanpa pilihan. Sebagaimana ajal yang tak bisa diulur, tak bisa gantikan, pun tak bisa ditukar. Jika sejauh ini Allah masih memberikan kesempatan hidup kita dalam keadaan menjadi seorang muslimah tapi tidak pernah tergerak sedikitpun untuk segera memenuhi seruan-Nya—termasuk menutup aurat sesuai standar yang Allah tetapkan, ketika waktu telah tiba, hujjah apa yg bisa kita sampaikan kepada Allah atas kesombongan kita tak mau mendengar dan segera mentaati perintah-Nya?
Sedangkan telah banyak teguran yang Allah sampaikan melalui ayat-ayat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat kita indera. Atau … kita mau menunggu sampai Allah mencabut nikmat iman itu dari dada-dada kita? Naudzubillah mindzalik.
Membiasakan diri bersikap taat kepada Allah harus dimulai sejak sekarang, saat ini, hingga masa yang akan datang. Ketika kita masih kecil, masih banyak kesempatan untuk berlatih membiasakan diri taat kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah dan menghindari segala larangan-Nya. Jika seseorang dari masa kecil telah dapat membiasakan diri bersikap taat kepada Allah, insyaaAllaah, kelak setelah dewasa akan menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, sehingga hidupnya kelakakan mendapat kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Biasakan bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat taat kepada Allah SWT. Sebaliknya, hindari pergaulan dengan mereka yang banyak durhaka kepada Allah.
Kita juga harus membiasakan menghindari sikap perilaku maksiat, keji, dan mungkar. Sebab perbuatan tersebut merupakan perbuatan dosa yang dimurkai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Laksanakan segala perintah Allah, dan jangan sekali-kali melanggar larangan-Nya. Berdoa kepada Allah agar kita diberi kekuatan untuk selalu taat kepadaNya.
Perintah untuk taat juga terangkum dalam firman Allah sebagi berikut :
. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)
Pentingnya sikap perilaku taat kepada Allah Swt., antara lain disebabkan agar:
Terhindar dari murka Allah Swt. yang mengakibatkan turunnya azab dan malapetaka.
Tidak lupa akan nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang harus disyukuri, sehingga nikmat tersebut semakin bertambah.
Tercapai hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Bentuk perilaku taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala terbagi ke dalam dua bentuk. Pertama, taat kepada Allah, yakni patuh melaksanakan segala perintah Allah dan menghindari larangan-Nya. Kedua, taat kepada sesama manusia, yaitu melaksanakan perintah atau kehendak manusia yang tidak bertentangan dengan hukum Allah dan Rasul-Nya.
Ketaatan hanya akan terlaksana apabila seorang hamba memiliki keimanan. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan keburukan bagi umat manusia. Apa yang tampak ganjil, apa yang tampak mustahil, apa yang tampak salah, hakikatnya tidak selalu demikian. Tugas kita seorang hamba hanyalah taat. Taat pada apa yang Maha Cinta inginkan dengan segala kemahatahuan-Nya. Biarkan syukur dan sabar memperindah ketaatan kita. (Ti)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *