Membaca al-Qur’an adalah suatu pengamalan bernilai ibadah kepada Allah SWT. Ini dapat dilakukan dengan cara memberdayakan lisan, penglihatan, pendengaran, akal dan hati. Lisan diberdayakan untuk melafazkan hurufnya, Penglihatan diberdayakan untuk melihat huruf atau lafaz yang dibacanya. Pendengaran diberdayakan untuk mendengarkan lafaz yang diucapkan oleh lisan. Akal diberdayakan untuk mengangan-angan kandungan lafaz yang dibacanya dan hati diberdayakan untuk merasakan keheningan bacaan juga sentuhan nilai-nilai kandungan yang ada di dalamnya, sehingga muncul perasaan merasakan rasa senang apabila mendapatkan sentuhan nilai-nilai kegembiraan dan rasa khawatir atau susah apabila mendapatkan sentuhan nilai-nilai yang menyedihkan. Akhirnya muncul harapan (raja’) untuk mendapatkan kebaikan atau kegembiraan ketika membaca dan kegembiraan yang mendatang, terutama pahala di akhirat.
Anjuran membaca al-Qur’an telah ditetapkan dalam al-Qur’an yang artinya sebagai berikut.
“Maka bacalah apa-apa yang mudah dari padanya (Al-Qurān). Bacalah kitab Tuhan-mu.”
Rasul SAW juga memerintahkan ummatnya untuk membaca al-Qu’an yang artinya seperti di bawah ini.
“Bacalah al-Qur’an dan beramallah kamu sesuai dengan Al-Qurān. Jangan menistakannya dan jangan melebihi batas di dalamnya.”
Membaca al-Qur’an merupakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga diperlukan ilmu tentang tata cara membacanya. Ini dilakukan supaya terhindar dari kesalahan. Digambarkan dalam hadis Abu Daud, orang mukmin yang suka membaca al-Qur’an seperti buah yang manis dan harum. Sementara bagi orang mukmin yang tidak suka membaca al-Qur’an akan digambarkan seperti buah yang manis namun tidak harum.
Berbeda lagi dengan orang-orang fasik yang suka membaca al-Qur’an akan digambarkan seperti buah yang beraroma harum namun memiliki rasa pahit. Orang fasik yang tidak suka membaca al-Qur’an akan digambarkan seperti buah yang pahit dan tidak beraroma. Al-Qur’an sendiri telah mengungkapkan dalam salah satu ayatnya di bawah ini.
“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat,” (QS. Al-A‘raf: 204).
Menurut pada ulama tafsir, dengan adanya perintah menyimak bacaan al-Qur’an itu berarti perintah membaca al-Qur’an pun juga ada. Menurutnya dengan mendengarkan bacaan al-Qur’an saja sudah mengundang rahmat, apalagi jika kalian membacanya.
Salah satu hadis mengenai keutamaan membaca al-Qur’an yang cukup familiar yakni hadis dari riwayat Abdullah Ibnu Mas‘ud. Di mana dalam hadis tersebut menyatakan setiap huruf al-Qur’an yang dibaca akan diberi balasan satu kebaikan. Setiap kebaikan juga dikatakan akan dilipatkan menjadi sepuluh.
Sebagaimana hadis riwayat Abdullah Ibnu Mas‘ud yang berbunyi
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi)
Menurut ‘Ali ibn Abi RA, keutamaan yang diungkap oleh hadis di atas lebih diperuntukkan pada orang yang membacanya di luar shalat meski tidak dalam kondisi suci. Adapun keutamaan orang yang membaca al-Qur’an dalam shalat serta dilakukan saat berdiri, maka balasan yang diperoleh yakni 100 kebaikan. Sedangkan, membaca al-Qur’an saat duduk shalat, maka balasan yang diperoleh yakni 50 kebaikan. Kemudian membaca al-Qur’an dalam keadaan di luar shalat meski dengan kondisi suci akan mendapatkan balasan 25 kebaikan.
Dalam As-Sayyid ‘Abdullah ibn ‘Alawi, ibn Muhammad al-Haddad, Risalatul Mu‘awanah disebutkan, “Sungguh Allah Mahakuasa melipatkan balasan atas kebaikan hamba-Nya.” Dalam hadis lain, keutamaan membaca al-Qur’an telah disebutkan oleh Rasulullah SAW berikut.
“Siapa saja yang membaca al-Qur’an seratus ayat dalam satu malam, maka akan dicatat untuknya ketaatan satu malam itu.” (HR. Ahmad).
Tak hanya itu, di hadis lainnya juga diriwayatkan, “Siapa yang membaca 100 ayat dalam satu malam, maka tidak tercatat sebagai orang yang lalai.” Riwayat berikutnya mengatakan seperti berikut.
“Ketika seorang hamba mengkhatamkan al-Qur’an , maka di penghujung khatamnya, sebanyak 60 ribu malaikat akan memohonkan ampun untuknya” (HR. ad-Dailami).
Selain itu bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an dikatakan akan diberikan syafaat di hari akhir atau kiamat. Sebagaimana yang tertulis pada hadis dari Abu Umamah al-Bahili di bawha ini.
نْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِصَاحِبِهِ
(cat: di awal hadis ini kayaknya kurang huruf ‘ain. Jadi seharusnya awal hadisnya berbunyi ‘an, mungkin yang nulis kurang lengkap copasnya. Hehehe)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah al-Qur’an. Sebab ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya,” (HR. Ahmad).
Sementara itu di sebuah hadis qudsi disebutkan, orang yang sibuk membaca al-Qur’an dan tak sempat membaca zikir yang lain tetap akan mendapatkan balasan terbaik, bahkan melebihi balasan mereka yang meminta. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id dari Rasulullah SAW, Allah SWT berfirman sebagai berikut.
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَنْ شَغَلَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ عَنْ ذِكْرِي وَمَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ ثَوَابِ السَّائِلِينَ وَفَضَلُ الْقُرْآنِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ
“Allah berfirman, ‘Siapa saja yang disibukkan oleh membaca al-Qur’an, hingga tak sempat zikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah, keutamaan al-Qur’an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya,” (HR. Al-Baihaqi)
Berdasarkan firman Allah SWT tersebut, para ulama menyebutkan, membaca al-Qur’an lebih utama dibanding dengan zikir. Terlebih dengan kalimat-kalimat umum yang tidak terpaku pada tempat dan waktu.
Para ulama juga menyebutkan beberapa keutamaan membaca al-Qur’an lainnya. Berikut keutamaan membaca al-Qur’an yang disebutkan oleh para ulama seperti melembutkan dan menerangi hati, memudahkan urusan, memfasihkan lisan, terkabulnya sejumlah permintaan dan mendatangkan kebaikan bila dihadiahkan kepada orang meninggal.
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal dan sebagian ulama Syafii. Ini karena dalam pandangan mereka, kebaikan membaca al-Qur’an yang diberikan kepada ahli kubur tetap akan sampai. Meski begitu perlu diingat, membaca al-Qur’an hendaknya dilakukan dengan tartil serta memenuhi adab-adabnya. Beberapanya adalah dalam keadaan berwudhu, berada di tempat yang suci, menghadap kiblat, menghadirkan hati disertai dengan kekhusyukan, kerendahan hati, penghayatan, dan pengagungan terhadap Allah SWT.
Adab-adab lainnya dalam membaca al-Qur’an yang pernah dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas adalah sebagai berikut.
“Satu surat yang aku baca dengan tartil lebih aku sukai daripada membaca seluruh al-Qur’an tanpa tartil.” Bahkan Anas ibn Malik juga mengatakan, “Banyak sekali orang yang membaca al-Qur’an , namun al-Qur’an sendiri melaknatnya.” Dijelaskan oleh Syekh Zainuddin al-Malaibari dalam Irsyâd al-‘Ibad bahwa membaca al-Qur’an yang dilaknat oleh al-Qur’an sendiri adalah membaca yang asal-asalan tanpa adab. (HK)

